14 December 2009

TAK ADA JALAN UNTUK BERMUSIK ?

TAK ADA JALAN UNTUK BERMUSIK ?
Oleh Diedra Rasyid (18), Mahasiswa Seni Musik UNJ


Pendidikan di Indonesia seperti yang kita tahu, masih belum baik seperti yang orang kebanyakan inginkan. Jenjang SD-SMP-SMA hingga Perguruan Tinggi adalah sesuatu yang umum dan lumrah bagi pengenyam pendidikan di Indonesia. Suatu buah masalah yang menurut saya “PR” bagi pengatur kurikulum di sana adalah terlalu banyaknya materi tetekbengek yang harus di pelajari para peserta didik di Indonesia, khususnya ketika pada jenjang SD-SMP & SMA.

Misalnya saya akan ambil contoh seorang peserta didik yang cita-citanya adalah menjadi seorang musisi professional di Indonesia, sebut saja namanya Didi. Kenyataan yang ada, jika Didi mengikuti jenjang pendidikan yang normal berarti ia harus mempelajari mata pelajaran yang semestinya tidak berhubungan dengan cita-citanya tersebut. Ia harus mempelajari fisika, kimia, biologi yang pada umumnya dibutuhkan para siswa yang ingin melanjutkan studi ke bidang-bidang eksak. Mata pelajaran-mata pelajaran eksak yang di sebutkan tadi seolah terlihat sebagai sampah yang mengganggu ruang otak siswa tersebut. Didi harus rela menghabiskan masa 12 tahun di bangku sekolah dengan sejumlah materi yang harusnya tak – juga -harus ia pelajari untuk masa depannya.

Maaf bila istilah tadi terlalu kasar, namun saya sendiri pun mengalami hal itu sendiri. Ketika saya duduk di bangku SMA, saya yang sebenarnya tidak berminat pada pelajaran IPA maupun IPS harus mau – tidak - mau memilih diantara keduanya. Pilihan pun jatuh pada IPA, setiap hari hingga UN tiba saya harus terus belajar tentang materi-materi yang menurut saya tidak begitu penting untuk menunjang masa depan saya. Namun apa daya, saya juga tidak bisa menghindar karena itu adalah salah sesuatu kewajiban agar saya lulus SMA. Kelihatan subjektif memang, namun kenyataanya saya yang tidak berminat pada bidang tersebut akhirnya mendapat hasil yang amat pas-pasan dan tidak berprestasi. Namun, bila misalnya pada saat itu saya masuk ke sekolah menengah musik, karena di dukung minat dan kecintaan saya terhadap musik, saya bisa lebih enjoy dalam menjalani segala proses pendidikan tersebut.

Di luar negri telah banyak Institusi pendidikan resmi pemerintah dari jenjang SD hinga perguruan tinggi yang mengkhususkan dalam bidang musik. Sedangakan Indonesia hanya memiliki SMM (Sekolah Menengah Musik) yang terdapat di Medan dan Yogyakarta. Kedua sekolah yang setara dengan SMK tersebut juga terkadang masih mengajarkan pelajaran yang tidak berhubungan dengan musik. Sebenarnya Indonesia belum mendukung sepenuhnya untuk mencetak musisi-musisi professional kelas dunia. Walaupun sebenarnya telah banyak para musisi Indonesia yang telah melanglang-buana di kancah permusikan dunia. Terkadang musisi yang telah “berkibar” di negeri orang tak mau untuk kembali lagi, karena apresiasi pemerintah Indonesia kepada musisi masih sangat kurang.

Kembali ke pendidikan, seharusnya Indonesia merombak kembali kurikulum pelajaran yang akan di terima para siswa. Seharusnya siswa dapat menentukan pendidikan yang lebih khusus dan terarah sejak dini. Sehingga siswa dapat belajar secara terfokus dan dapat mencetak para professional dalam bidangnya masing-masing. Seperti Didi tadi, ia yang ingin menjadi musisi professional agar mendapat pendidikan yang tepat, benar dan terarah dari pemerintah Indonesia. Salah satu solusi yang tepat menurut saya iyalah, dengan membangun sekolah yang khusus sejak tingkat dasar sampai menengah atas. Misalnya dengan membangun SD Khusus musik, SMP musik, dsb. Sebenernya juga tidak hanya musik saja. BIdang-bidang yang lain juga harus di tunjang pendidikannya, seperti bidang olahraga, science, dll. Mudah-mudahan dengan di bangunnya institusi-institusi pendidikan pemerintah yang secara khusus dan terarah tersebut dapat menghasilkan insan manusia yang lebih baik. Pengkhususan minat dan dan bakat sangat penting, agar seseorang dapat bekerja sesuai dengan hatinya, sehingga menghasilkan “sesuatu” yang baik.

(Diedra Rasyid, 2815090098 Seni Musik UNJ 2009)

Tugas Artikel, Salah satu mata kuliah..